Belajar Islam

Cahaya di Atas Cahaya


Konsep Iman yang Sebenarnya

Iman yang sebenarnya adalah hakikat yang tersusun dari: (1) pemahaman tentang semua perkara yang dibawa oleh Rasulullah dari segi pengetahuan, (2) pembenaran terhadap semua itu dalam bentuk ‘aqidah, (3) pengakuan terhadap semua itu dalam bentuk ucapan (yakni syahadat), (4) ketaatan terhadap semua itu dalam bentuk cinta dan ketundukan, (5) pengamalan terhadap semua itu secara lahir dan batin, serta (6) melaksanakan dan menyerukan semua itu sebatas kemampuan.

Ciri kesempurnaan iman adalah cinta dan benci karena Allah, memberi dan menahan karena Allah,⁴ serta Allah saja satu-satu- Nya Rabb yang disembah atau diibadahinya. Iman yang sempurna hanya dapat diraih dengan mengikuti Rasulullah, baik secara lahir maupun batin, dan tidak menolehkan mata hati kepada selain Allah dan Rasul-Nya. Hanya kepada Allah kita memohon taufik.

Siapa saja yang sibuk beribadah kepada Allah daripada melayani diri sendiri, maka Allah mencukupinya dengan memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dan, siapa saja yang sibuk dengan beribadah kepada Allah daripada melayani orang lain, maka Allah mencukupinya dalam memenuhi kebutuhan hidup orang lain.

Sebaliknya, siapa saja yang sibuk melayani diri sendiri daripada beribadah kepada Allah, maka Allah akan menyerahkan urusannya kepada dirinya sendiri. Dan, siapa saja yang sibuk melayani orang lain daripada beribadah kepada Allah, maka Allah menyerahkan urusannya kepada mereka.⁵

***

~ Ibnu Qayyim al-Jauziyyah | Fawaidul Fawaid ~

⁴ Berdasarkan sabda Rasulullah

(( مَنْ أَحَبُّ لِلهِ، وَأَبْغَضَ لِلهِ، وَ أَعْطَى لِلهِ، وَ مَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيْمَانَ ))

“Siapa yang mencintai sesuatu karena Allah, membenci sesuatu karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah, berarti telah menyempurnakan imannya.” Hadits itu diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4681), ath-Thabrani dalam al-Kabir (no. 7613), dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 3469); dari Abu Umamah, dengan sanad hasan. ⁵ Makna yang terkandung dalam pernyataan ini sebagaimana makna hadits terdahulu.



Leave a comment