Belajar Islam

Cahaya di Atas Cahaya


Al ‘Aqidah Al Wāsithiyyah: Al ‘Aqidah Al Wāsithiyyah: Halaqah 013| Beriman Kepada Allāh ‘Azza Wa Jalla (Bagian 01) | BiAS

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين

Sahabat BiAS sekalian, saudara muslimin dan muslimat.

Alhamdulilāh, kita telah sampai pada halaqah yang ke-13, kita melanjutkan rangkaian silsilah dari kitāb “Al ‘Aqidah Al Wāsithiyah” (العقيدة الواسطية) karangan Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh (Ahmad ibn Abdil Halīm Al Harrānī)

Pada halaqah sebelumnya kita membahas rukun iman secara qlobal dan sekarang kita masuk pada pembahasan rukun iman secara rinci (in syā Allāh, kita akan bahas beberapa rinciannya)

Pada hari ini (in syā Allāh) kita masuk pada pembahasan beriman kepada Allāh Azza wa Jalla terlebih khusus beriman kepada sifat-sifat Allāh.

Ini merupakan inti dari kitāb Al ‘Aqidah Al Wāsithiyah.

Ibnu Taimiyyah rahimahullāh berkata:

قال ابن تيمية في (العقيدة الواسطية): ومن الإيمان بالله: الإيمان بما وصفبه نفسه في كتابه، وبما وصفه به رسوله محمد صلى الله عليه وسلم.

Dan merupakan iman kepada Allāh yaitu iman kepada apa yang Allāh sifatkan tentang dirinya dalam Al Qurān dan apa yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sifatkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam hadīts.

من غير تحريف ولا تعطيل

Dan mengimani sifat-sifat tersebut tanpa tahrīf (menyelewengkan makna) dan tidak menafikan sifat-sifat tersebut.

ومن غير تكييف ولا تمثيل

Dan mengimani juga tanpa takīf (menentukan teknisnya bagaimana) dan juga dalam mengimani sifat tersebut tanpa tamtsīl (menyamakan Allāh dengan makhluk nya)

بل يؤمنون بأن الله سبحانه ليس كمثله شيء وهو السميع البصير

Tetapi mengimaninya bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagaimana firman Allāh, “Tidak ada yang menyerupai Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Allāh Maha Mendengar dan Maha Melihat.”

Dari text di atas, terkandung kurang lebih 6 poin, (in syā Allāh) akan kita bahas poin per poin.

⑴ Merupakan iman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah mengimani sifat-sifat Allāh yang Allāh kabarkan didalam Al Qurān dan juga yang dikabarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam hadītsnya.

Disebutkan merupakan iman kepada Allāh karena sebagaimana kita singgung dalam pertemuan sebelumnya bahwa beriman kepada Allāh mencakup;

√ Iman kepada wujudnya.
√ Iman, bahwa Allāh itu tunggal dalam perbuatannya.
√ Meng Esa kan Allāh dalam ibadah.
√ Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifatnya.

Pada pembahasan kali ini Ibnu Taimiyyah rahimahullāh mengatakan termasuk iman kepada Allāh salah satunya adalah beriman kepada sifat-sifat Allāh. Yaitu mengimani apa yang Allāh kabarkan di dalam Al Qurān dan apa yang Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kabarkan di dalam hadīts.

Sifat Allāh seperti yang di sebutkan di dalam Al Qurān salah satunya

ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“Allāh Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

Bisa disimpulkan bahwa Allāh memiliki sifat mengasihi, (dan ini harus kita imani).

Ini menunjukkan bahwa iman kepada sifat Allāh harus melalui jalur wahyu tidak boleh dengan akal, perasaan dan sebagainya.

Jangankan Allāh Subhānahu wa Ta’āla makhluk saja kita tidak mengetahui sifatnya kalau kita tidak melihat.

Karena kita bisa mengetahui sesuatu dengan tiga cara (yaitu):

① Melihat langsung.
② Mendengar kabarnya.
③ Melihat replikanya.

Kita tidak bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dunia maka bagaimana kita menentukan sifat-sifatnya?

Jawabannya adalah dengan mengimani apa yang Allāh kabarkan dalam Al Qurān dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kabarkan di dalam hadīts.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun tidak mengetahui (tidak melihat) Allāh Subhānahu wa Ta’āla hanya saja Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mendapatkan wahyu, karena hadīts itu adalah wahyu yang lafafznya dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Jadi apa yang datang dalam Al Qurān dan sunnah harus kita imani dan tidak boleh menggunakan akal dalam menentukan sifat dan nama nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Surga, kita tidak tahu bagaimana sifatnya karena kita belum pernah melihat tapi kita tahu karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkannya di dalam Al Qurān dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkannya di dalam hadītsnya.

⑵ Dalam mengimani sifat-sifat tersebut tanpa menyelewengkan maknanya.

Misalnya:

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan dirinya bahwa “Allāh Maha Pengasih dan Maha Penyayang” bisa disimpulkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat rahmat.

Dan kita tidak boleh menyelewengkan maknanya misalnya dengan mengatakan “Allāh tidak mungkin memiliki sifat rahmat” berarti Allāh lemah (misalnya).

Maka ini telah menyelewengkan makna, ini merupakan iman yang tidak benar (mencederai imannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla)

⇒ Maksud rahmat di sini adalah keinginan untuk memberikan nikmat.

Lalu bagaimana iman yang benar?

Kita harus mengimani (menetapkan) bahwasanya Allāh memiliki sifat rahmat (kasih sayang yang layak bagi Allāh) meskipun rahmat Allāh beda dengan makhluknya dan in syā Allāh, ini akan kita bahas pada poin ke-5 dan ke-6.

Contoh firman Allāh lainya:

{الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ}

“Allāh beristiwā’ di atas Arsy.” (Qs. Thahā 15)

Pernyataan Allāh di atas Arsy ini tidak boleh diselewengkan dengan mengatakan, “Allāh tidak beristiwā’ ” karena beristiwā’ di sini artinya menguasai (menguasai Arsy).

Jadi iman yang benar kepada Allāh Azza wa Jalla adalah tidak menyelewengkannya, kita harus tetapkan bahwa Allāh beristiwā’ di atas Arsy.

⑶ Mengimaninya tanpa takīf atau tidak menafīkan maknanya

⑷ Mengimaninya tanpa menjelaskan teknisnya.

⑸ Mengimaninya tanpa tamtsīl atau tanpa menyamakan dengan makhluk.

⑹ Mengimani Allāh sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Qs. Asy Syūrā: 11)

In syā Allāh akan kita lanjutkan kembali di halaqah yang akan datang.

Ini saja yang bisa saya sampaikan, semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dan menambah iman kita, menjadi penerang kubur kita dan menjadi jalan menuju Surga tanpa melewati siksa di Neraka.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc.



Leave a comment